Mencoba Minum Tuak Batak 15 Gelas
18.52 | Author: PARSAME
Seorang bule yang sedang jalan-jalan ke Medan mendengar soal tuaknya orang Batak dan betapa kerasnya minuman itu. Iseng-iseng dia masuk ke sebuah kedai tuak dan menantang pengunjungnya.

"Siapa yang bisa minum 15 gelas tuak sekaligus, saya kasih uang 500 dollar", katanya sambil meletakkan uang yang dimaksud.

Semua pengunjung terdiam, tak ada yang berani melayani tantangan itu. Bahkan si Tigor yang sedang duduk di sana melangkah keluar.

30 menit kemudian Tigor terlihat kembali ke kedai itu, mendekati si bule dan bertanya, "Hei Mister! Apa tantanganmu tadi masih berlaku?"

"Masih!" jawab Bule itu.

"Ok, aku terima tantangan kau Mister," jawab Tigor.

Segeralah dideretkan 15 gelas tuak di meja. Si Tigor langsung menenggak satu demi satu gelas tuak itu tanpa henti, dan segera saja seluruh gelas kosong.

Si bule hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. 15 gelas tuak habis di minum semua oleh Tigor. Diserahkannya 500 dollar itu ke tangan Tigor sambil bertanya, "Boleh saya tanya tadi waktu anda keluar, anda pergi ke mana?"

"Ooo..itu", jawab Tigor.

"Aku kan tidak tolol Mister. Sebelum menerima tantangan Mister, aku pergi ke Kedai tuak sebelah, di sana aku cobak dulu apa aku bisa..."
Orang Batak Medan
18.51 | Author: PARSAME
Seorang supir truk berpelat nomor BB berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.

�Kasih dulu cendolnya, Embak..�

�Mboten enten, Mas,� jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.

�Hah, nggak pakek santen pun tak �papalah�� kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.

�Sampun telas, Maaas,� jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.

�Hah, nggak pakek gelas pun tak �papalah��

�Dasar wong edan,� gerutu si pedagang sambil kebingungan.

�Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!�
Manuhor Pulsa
18.50 | Author: PARSAME
Adong ma sada ama-ama sian huta pardomuan, sukses besar dalam bisnis durianna. Panen na sukses hampir mencapai omzet 10 juta dalam 1 bulan. Alani lumayan do untung na, gabe kepingin ma amanta i laho mar handphone sebagaimana nadi nipi-ipihon salelengon.

Laho ma amatta i tu sada toko handphone di bilangan segitiga emas Sidikalang, alias jalan Sisingamangaraja. Songonon ma kira-kira pembicaraan antara amanta i dohot par toko handphone on:

A : "Ai laho manuhor handphone au lae, na songon dia do na pas di natua-tua songon au. Argana hira-hira 1 tu 2 juta. Ai nasai do pe adong hepengku."
TH : "Ohh... adong amang, type na NOKIA 3260, balga-balga do tombol na, dang susa amang molo lau mamiccit nomorna. On ma contoh na amang. Argana holan 1,5 juta do."
A : "Boi .. boi ma i. Baen ma dohot nomor na sekalian. Pasang ma sekaligus, dang hupaboto-boto mamasang i, sekalian ma dohot pulsana."
TH: "Boi amang, on ma nomor na, pillit hamu ma. Molo pulsana, na sadia ma ta baen amang, adong 25 ribu, 50 ribu dohot 100 ribu."
A : "Ai hamu ma mamillit nomor nai, baen ma nomor na bagak. Molo pulsanai si 100 ribu ma baen."
TH : "Boi amang, alai sebelum hupillit no nai, ai didia do halak amang tinggal?"
A : "Di pardomuan, jonok do tu tigalingga"
TH : "Ohh... alai hurasa amang, dang adong dope sahat jaringan tu Pardomuan."
A : "Ima... ima .. nga boi i . Baen ma 100 ribu dohot jaringan na i, bila porlu 200 ribu pe boi, asa unang mulak-ulak iba tu Sidikkalang on."
TH : "???!!??"
Satu waktu seorang Bapak yang baru datang dari Toba mengunjungi anaknya yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah beberapa hari tinggal di rumah anaknya dia pun bermaksud mengunjungi familinya yang tidak jauh tinggalnya dari tempat kost anaknya di perkampungan yang padat dan harus melewati gang-gang. Dia pun membeli 2 kg mangga sebagai oleh-oleh.

Di perjalananan karena gangnya memang sempit, setiap kali dia melewati orang-orang yang sedang duduk depan rumahnya, si Bapak mengatakan permisi dan disahut mangga. Si Bapak merasa heran, kok mereka tahu ya saya bawa mangga? Lalu diberikannya sebuah mangga kepada orang tersebut, demikian seterusnya setiap kali dia mengatakan permisi dan disahut mangga, dia memberikan sebuah mangga. Sampai akhirnya habislah mangga yang dibelinya tersebut.

Sesampai di rumah kerabatnya, dia pun menceritakan bahwa tadinya dia membawa mangga untuk oleh-oleh, tetapi diperjalanan habis diminta orang-orang. Dia pun menceritakan apa yang dialaminya dan kerabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak...
Pir atau Piro
18.46 | Author: PARSAME
Ada seorang Mandailing (bukan Batak, Mandailing adalah suku lain di daerah Selatan Sumut) merantau ke Jakarta, karena tidak berhasil mendapat kerja kantoran akhirnya si Mandailing ini berwirasta alias berjualan apa saja di pasar Manggarai, hari ini jualan sayur, besok jualan barang bekas, pokoknya apa saja yang memberikan untung.

Suatu hari si Mandailing ini berjualan pepaya, tengah hari datang seorang pembeli, kebetulan seorang Jawa pembantu rumah tangga yang baru datang di Jakarta, bahasa Indonesia-nya belum lancar. Sesuai instruksi majikan, si Jawa mencoba merasakan apakah pepaya yang dijual sudah masak atau belum. Dengan halus si Mandailing memperingati : �zangan keras-keras mas, supaya tidak penyok� (dengan logat Mandailing tentunya yang mirip dengan logat Batak). Setelah yakin bahwa pepaya yang mau dibeli sudah matang, si Jawa bertanya: �piro siji?�, si Mandailing heran dan tidak mengerti dan dia menjawab: �tidak keras mas ... lunak kok, coba lagi� (pir -dari piro- dalam bahasa Mandailing artinya keras).

�Ya ..... piro siji?�, si Jawa bertanya lagi, mulai keheranan.
�Tidak keras mas .... coba lagi�, si Mandailing menjelaskan lagi dengan nada mulai meninggi.
�Lha iya ...... piro?�, si Jawa bertanya lagi, tambah heran.

Misunderstanding terus berlanjut, si Mandailing makin marah dan si Jawa makin heran. Akhirnya si Mandailing bilang : �sudah kubilan lunak ... keras (pir) kau bilang .... lihat ini .....�, si Mandailing menonjok pepayanya sampai hancur.

�Dasar zawa .... sekarang kau mau apa?!�, tantang si Mandailing. Si Jawa kita terpaksa lari terbirit-birit.
Film Box Office dalam Bahasa Batak
18.44 | Author: PARSAME
Enemy at the gates -- Matte ho, nga ro !
Remember the Titans -- Ingot hamu partompaon i
The Italian Job -- Parbola
Die Hard -- Dang ra mate
Die Hard II -- Tong, dang olo mate
Die Hard III -- Dang marna mate fuang !!
Bad Boys -- Si roa balangs
Sleepless in Seattle -- Markombur di radio, dia boi modom ?
Lost in Space -- Dibondut banua holling
X-Men -- Pantang so bilak
X-Men 2 -- Tong sai pabilak-bilakhon
The Brotherhood of War -- Manat Mardongan-tubu
Paycheck -- Bayar habis panen ma i, bah!
Independence Day -- Agustusan
The Day After Tomorrow -- Haduan
Die Another Day -- Dang jadi mate sadarion
There is Something About Marry -- Si Maria Pargabus
Silence of the Lamb -- Hambing Parhohom
Planet of the Apes -- Huta ni Bodat
Gone in Sixty Second -- Marimpot-impot
Freddy vs Jason -- Peredi VS Jekson
Air Bud -- Panangga (biang)
How To Lose A Girl in 10 Days -- Topar
Lord Of The Ring -- Tulang. (ai tulang do si jalo tintin marangkup )
Deep Impact -- Hansit naii
Million Dollar Baby -- Ai sajuta arga ni Babi saonari?
Blackhawk Down -- Lali lao manangkup manuk
Saving Private Ryan -- (Ai ise si Ryan on? So ditanda batak goar 'rian'. Peredi, Jekson, Mikael, Ultop, ... dll.)
Dumb and Dumber -- Lam Loakon
The Collateral -- Si Padalan Hepeng
Braveheart -- Parate-ate
Payback -- Garar Utangmu
My Greek Big Fat Wedding -- Muli Sikobol-kobol
I Know What You Did Last Summer -- Datu
I Still Know What You Did Last Summer -- Unang gabusi ahu, hutanda do ho Ito
Cold Mountain -- Dolok Sanggul ma i...
Any Given Sunday -- Marminggu Hamu Fuang
Beautiful Mind -- Nipi Nama i
Drunken Master -- Parmitu
The Gift -- Durung-durung
Lion King -- Sisingamangaraja
Mr. & Mrs. Smith -- Smith Dohot Oroan na
Rest In Peace -- Dison Do Maradian (bah, judul film apa pulak lagi ini?)
Run Away Jury -- Martabuni Ho Tulang a
Step Mom -- Inang Panirang-Nirangan
Band of Brother --- Dongan Sabutuha, Dongan Sapargaulan
2 Fast 2 Furious --- Manat-manat di dalan
Salah Pengertian
18.40 | Author: PARSAME
Setelah sehari Tagor Sitompul di kota kembang Bandung, dia sudah akrab dengan seseorang yang bernama Amit. Pada suatu hari ada undangan pernikahan dari teman Amit yang ditujukan untuk si Amit dan si Tagor Sitompul.

Mengingat bangku yang kosong hanya ada di depan, maka si Amit pun melewati para undangan dengan mengucapkan :

"Amit Pak.....Amit Bu......Amit Pak...... dst",

namun si Tagor pun mencari akal melawati para undangan dengan mengucapkan :

"Tompul Pak.....Tompul Bu.....Tompul Pak.... dst",

sampai dia duduk di kursi depan tanpa merasa bersalah.
Orang Batak Menyetop Taksi
18.38 | Author: PARSAME
Suatu hari, ada orang Batak yang sedang berwisata di kota Jakarta dan ia bermarga Manalu, saat menunggu taksi yang lewat iapun duduk untuk beristirahat.

Saat itu ia melihat ada taksi tak berpenumpang yang kebetulan lewat maka segera iapun menyetop taksi itu, dan saat diberhentikan sang supir taksi bertanya kepada si Batak ini. "Mana lu?" tanyanya sambil mengintip dari jendela (maksudnya kamu mau ke mana?), si Batak ini kaget dan bergumam "Bah, hebat kali supir taksi di Jakarta ini? Belum apa-apa sudah tahu namaku."

Lalu ia bertanya lagi pada si supir taksi ini "Hei kau, kau paranormal ya?" Lalu supir taksi ini menjawab sambil nyeleneh dan pergi "Sinting." Si Batak ini bergumam lagi "Bah, lebih hebat lagi supir taksi ini, dia tahu kemana tujuanku.

Aku kan mau pergi ke rumah temanku si Ginting." Karena dari 5 taksi yang ia berhentikan mengatakan hal yang sama saja, si Batak ini frustasi dan akhirnya memutuskan untuk naik metro mini saja daripada repot-repot cari taksi.

Di dalam metro mini ia berkata dalam hati "Supir-supir taksi di Jakarta ini paranormal semua kelihatannya tetapi aneh, kok mereka tak mau kutumpangi ya? Padahal uangku cukup."
Pancasila Versi Bahasa Batak
18.21 | Author: PARSAME
Pancasila (bahasa Indonesia)

1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila (Batak Toba)

Sada: Dang adong na pajago-jagohon di jolo ni Debata

Dua: Maradat tu sude jolma

Tolu: Punguan ni halak Indonesia

Opat: Marbadai, marbadai, dungi mardame

Lima: Godang pe habis, saotik pe sukkup

HA-HA-HA-HA-HA-HA-HA-HA-HA
TAROMBO SIRAJA BATAK
18.16 | Author: PARSAME
TAROMBO
SIRAJA BATAK

Siraja Batak---+-1 Guru Tatea Bulan
|
+-2 Raja Isumbaon

Guru Tatea Bulan
|/Siboru Baso Burning
|
+-Siraja
| Biakbiak
|(Raja Uti)
|
+-Sariburaja--+¹Siraja----+-Sinaga Raja-+-Bonor
| /Siboru | Lontung | |
| Pareme | | +-Ratus
| /Nai Margi- | | |
| ring Laut | | +-Saguru Balang
| | | (Uruk)
|¹tubu ni Si- | |
| boru Pareme | +-Tuan -------+-Lumbanpando-+-Padang<
| | | Situmorang | |
| | | | +-Barutu
| | | | |
| | | | +-Solin
| | | |
| | | +-Lumbannahor
| | | |
| | | +-Suhut Nihuta
| | | |
| | | +-Siringoringo-+-Raja Dapotan
| | | | |
| | | | +-Raja Bea
| | | | |
| | | | +-Rumapea
| | | |
| | | +-Sitohang-----+-Uruk
| | | |
| | | +-Tongatonga
| | | |
| | | +-Toruan
| | |
| | +-Toga ------+-Rj Humirtap
| | | Pandiangan | (Pandiangan)
| | | |
| | | +-Rj Sumonang--+-Gultom--+-Hutatoruan
| | | | |
| | | | +-Hutapea
| | | | |
| | | | +-Hutabagot
| | | | |
| | | | +-Hutabalian
| | | |
| | | +-Samosir-+-Bolon
| | | | |
| | | | +-Surung
| | | | |
| | | | +-Sidari-+-Harianja
| | | |
| | | +-Pakpahan
| | | |
| | | +-Sitinjak
| | |
| | +-Toga ------+-Toga Sibatu--+-Sibatuara
| | | Nainggolan | |
| | | | +-Parhusip
| | | |
| | | +-Toga Sihombar+-Lumbannahor
| | | |
| | | +-Pinayungan-+-Lumbantungkup
| | | | |
| | | | +-Lumbanraja
| | | |
| | | +-Lumbansiantar
| | | |
| | | +-Hutabalian
| | |
| | +-Simatupang-+-Togatorop
| | | |
| | | +-Sianturi
| | | |
| | | +-Siburian
| | |
| | +-Aritonang--+-Ompusunggu
| | | |
| | | +-Rajagukguk
| | | |
| | | +-Simaremare
| | |
| | +-Siregar----+-Silo
| | : |
| | : +-Dongoran-+-Siregar Salak-+-Sigurda
| | : | |
| | : | +-Siregar Pahu
| | : |
| | : +-Silali---+-Ritonga-------+-Sormin
| | : |
| | : +-Siregar Siagian
| | :
| | +-Siboru Anakpandan na gabe tu Toga Sihombing
| | :
| | +-Siboru Panggabean na gabe tu Toga Simamora
| |
| | >>> Lontung si Sia Marina (7 anak & 2 boru)
| |
|²tubu ni Nai +²Siraja Borbor
| Margiring | |
| Laut | +-Tn Balasahunu
| | | |
| | | +-Datu Tala--+-Datu----+-Dt Pompang-+-Tanjung
| | | | Dibabana | Rimbang Balasaribu |
| | | | (Op. Tuan | Saudara +-Sahang Maima
| | | | Raja Doli)| | |
| | | | | | +-Pulungan
| | | | | | |
| | | | | | +-Lubis
| | | | | |
| | | | | +-Datu Marhandang
| | | | | | Dalu
| | | | | | |
| | | | | | +-Pasaribu-+-Habeahan
| | | | | | | |
| | | | | | | +-Bondar
| | | | | | | |
| | | | | | | +-Gorat
| | | | | | |
| | | | | | +-Batubara
| | | | | | |
| | | | | | +-Matondang
| | | | | | |
| | | | | | +-Tarihoran
| | | | | | |
| | | | | | +-Parapat
| | | | | | |
| | | | | | +-Saruksuk
| | | | | |
| | | | | +-Rj Dohang
| | | | |
| | | | +-Sipahutar--+-Hutabalian
| | | | |/br Hasibuan| >>> Ndang marpinompar
| | | | | |
| | | | | +-Namora Sohataon
| | | | | | >>> Onma na mamboan marga Sipa-
| | | | | | hutar
| | | | | |
| | | | | +-Daulay
| | | | | >>> Onma na mamboan marga Daulay
| | | | | na lao tu TAPSEL
| | | | |
| | | | +-Harahap
| | | | |
| | | | +-Simargolang
| | | |
| | | +-Datu Altong
| | | |
| | | +-Op Sahang Mataniari
| | | |
| | | +-Op Sindar Mataniari
| | |
| | +-Sidamanik
| |
| +-Siraja----+-Rangkuti
| Galeman
| (Sibabiat)
|
+-Limbong-----+-Paluonggang-+-Borsaknilaingan
| Mulana | | (Op Borsak)
| | |
| | +-Tn Rumaijuk
| | | (Nasiapulu)
| | |
| | +-Toga Naburahan
| | |
| | +-Naopatpulu
| |
| +-Langgat-----+-Jonggi-----+-Op Rj Minar--+-Toga Sihole
| Limbong Nabolon |
| +-Op Bolon
| |
| +-Rumanahor
| |
| +-Toga Habeanan
|
+-Sagala Raja-+-Hutaruar
| |
| +-Hutabagas
| | (Rj Manggurgur)
| |
| +-Hutaurat
| (Rj Sungkunon)
|
+-Malau Raja--+'Tabungtabung-+-Pase Raja
/br Simbolon | Gumbal
/br Siboro |
+"Nilambean
'tubu ni br |
Simbolon +"Manik
|
"tubu ni br +"Ambarita--+-Rj. Jongok
Siboro | |
| +-Rj. Naopat
|
+"Gurning

Raja Isumbaon
|/Sianting Haomasan
|
+-Tuan Sori--+'Tn Sorbadijulu-+-Simbolon---+-Suri Raja---+-Tn Rj Jolo
| Mangaraja | (Datu Ronggur) | Tua (Raja | |
| /Naiambaton| >>> NAIAMBATON | Op Bolon) | +-Altong
| /Nairasaon | | | |
| /Naisuanon | | | +-Pande Sahata
| | | | |
|'tubu ni | | | +-Juara Bulan
| Naiambaton | | |
|(Siboru An- | | +-Martua Raja-+-Suhut Nihuta
|ting Malela)| | |
| | | +-Sirimbang
| | | |
| | | +-Hapotan
| | |
| | +-Tamba Tua-+-Dt Parngongo-+-Sidabutar
| | | |
| | | +-Sidabalok
| | | |
| | | +-Siadari
| | | |
| | | +-Sijabat
| | | |
| | | +-Turnip
| | | |
| | | +-Sidauruk
| | | |
| | | +-Sitio
| | | |
| | | +-Simarmata
| | | |
| | | +-Siallagan
| | | |
| | | +-Sinapitu
| | |
| | +-Munte Tua--+-Sitanggang--+-Bahu
| | | | |
| | | | +-Lipan
| | | | |
| | | | +-Upar
| | | | |
| | | | +-Silo--+-Manihuruk
| | | |
| | | +-Sigalingging-+-Gr Mangarisan
| | | | (Sigorak)
| | | |
| | | +-Rj Tinatea
| | | | (Tambolang)
| | | |
| | | +-Namora Pangujian
| | | (Parhaliang)
| | |
| | | >>> Pomparan Munte na lao tu TAPSEL
| | | gabe marga Dalimunte
| | |
| | +-Saragi Tua-+-Saing
| | | |
| | | +-Simalango
| | | |
| | | +-Simarmata
| | | |
| | | +-Nadeak
| | | |
| | | +-Tarigan
| | |
| | | >>> Pomparan Saragi na lao tu Simalungun
| | | gabe marga Saragih
| | |
| | +-Sinahampang
| | |
| | +-Haro
| |
| | >>> PARNA,sitokka marsiolian
| | >>> Pomparan PARNA na lao tu Tana Karo gabe marga Ginting
| | >>> Pomparan PARNA na lao tu Pakpak gabe marga Banuarea
| |
|"tubu ni +"Tn Sorbadijae--+-Mardopang-+-Sitorus----+-Pane
| Nairasaon | (Rj Mangarerak)| | |
|(Siboru Bi- | >>> NAIRASAON | | +-Dori
| ding Laut) | | | |
| | | | +-Boltok
| | | |
| | | +-Sirait
| | | |
| | | +-Butarbutar-+-Simananduk
| | | |
| | | +-Sitagorat
| | | |
| | | +-Simananti
| | |
| | +-Mangatur--+-Manurung---+-Hutagurgur
| | |
| | +-Hutagaol
| | |
| | +-Simanoroni
| |
|^tubu ni +^Sorbadibanua--+#Sibagot ---+-Tn Sihubil-+-Sapalatua-+-Mataniari-+-Op Rudang
| Naisuanon /br Borbor | ni Pohan | Tampubolon| | Nabolon
|(Siboru Sang- /br Sibasopaet| | | |
| gul Haomasan)>>> NAISUANON | | | +-Op Sidomdom
| | | | |
| #tubu ni boru | | | +-Simangan
| Borbor (Nai | | | | Didalan
| Antingmalela)| | | |
| | | | +-Ginjang
| | | | | Niporhas
| | | | |(Barimbing)
| | | | |
| | | | +-Sondiraja
| | | | | (Silaen)
| | | | |
| | | | +-Badiaraja
| | | | |
| | | | +-Alang
| | | | | Pardosi
| | | | |(Pohan Barus)
| | | | |
| | | | +-Rj Unduk
| | | | (Karokaro)
| | | |
| | | +-Niapul----+-Tn Sumundur
| | | | |
| | | | +-Rj Sitanduk
| | | |
| | | +-Siboro----+-Sariburaja
| | | |
| | | +-Rj Martahuluk
| | |
| | +-Tn Dibangarna-+-Panjaitan-+-Sidogor
| | | | |
| | | | +-Siponot
| | | |
| | | +-Silitonga
| | | |
| | | +-Siagian
| | | |
| | | +-Sianipar
| | |
| | +-Tn Somanimbil-+-Siahaan-----+-Marhiteombun
| | | | |
| | | | +-Hinalung
| | | | |
| | | | +-Juara Monang
| | | | |
| | | | +-Tn Pangorian
| | | | |
| | | | +-Rj Parluhutan
| | | |
| | | +-Rj Marsundung-+#Parsuratan
| | | | Simanjuntak |
| | | | #tubu ni br |
| | | | Hasibuan +*Mardaup
| | | | *tubu ni br |
| | | | Sihotang +*Sitombuk
| | | | (Sobosihon |
| | | | br Sihotang) +*Hutabulu
| | | | :
| | | | +-Siboru Hagohan
| | | | :
| | | | +-Siboru Naompon
| | | | na tu Namora Jobi
| | | | Sirait sian luat
| | | | Marom
| | | +-Hutagaol
| | |
| | +-Sonak Malela--+-Simangunsong
| | |
| | +-Marpaung---+-Rj Pangasean
| | | |
| | | +-Simanampang
| | |
| | +-Napitupulu
| | |
| | +-Pardede----+-Tandang Buhit
| | |
| | +-Rj Paindoan
| |
| +#Sipaettua--+-Pangulu-------+-Hutahaean--+-Panguluponggok
| | | Ponggok | |
| | | Naiborngin | +-Pangulutumbu
| | | |
| | | +-Aruan
| | | |
| | | +-Hutajulu
| | |
| | +-Sipartano-----+-Sibarani
| | | Naiborngin |
| | | +-Sibuea----+-Dt Sabungan
| | | | Niaji
| | | |
| | | +-Op Rj Sihat
| | |
| | +-Pardundong---+-Pangaribuan
| | (Puraja Lagu- |
| | boti) +-Hutapea
| | (sian Laguboti)
| |
| +#Silahi-----+-Sihaloho---+-Babaraja
| | Sabungan | |
| | | +-Sinabarno
| | |
| | +-Situngkir--+-Sibagasan--+-Sembiring
| | | | | Sinupangkar
| | | | |
| | | | +-Sipayung
| | | |
| | | +-Sipakpahan
| | | |
| | | +-Sipangkar
| | |
| | +-Rumasondi--+-Rj Parmahan-+-Doloksaribu
| | | | |
| | | | +-Sinurat
| | | | |
| | | | +-Nadapdap
| | | | |
| | | | +-Naiborhu
| | | |
| | | +-Rumasingap
| | |
| | +-Sinabutar--+-Rumabolon
| | |(Sidabutar) |
| | | +-Rumabiak
| | | |
| | | +-Rumatungkup
| | |
| | +-Sinabariba-+-Lumbanbolak
| | |(Sidabariba)|
| | | +-Lumbantongatonga
| | | |
| | | +-Lumbantoruan
| | |
| | +-Sidebang---+-Siari
| | | |
| | | +-Sitaon
| | | |
| | | +-Sisidung
| | |
| | +-Pintubatu--+-Lumbanpea
| | | |
| | | +-Hutabalian
| | | |
| | | +-Sigiro
| | |
| | +-Tambunan---+-Tambun Mulia
| | |
| | +-Tambun Saribu
| | |
| | +-Tambun Marbun
| |
| +#Sirajaoloan-+^Naibaho-----+-Porhas Japjap
| | /br Limbong | |
| | /br Pasaribu| +-Gr Sodampangon
| | | |
| | ^tubu ni br | +-Tolpak Lading
| | Limbong | |
| | | +-Gr Helung
| | | |
| | | +-Marhite Galung
| | | |
| | | +-Sinta Mardongan
| | | :
| | | +-Siboru Nahot
| | | : na gabe tu Rj Simbolon
| | | :
| | | +-Sipinta Nahomasan
| | | na gabe tu Rj Sitanggang
| | |
| | "tubu ni br +"Sihotang----+¤Pardabuan
| | Pasaribu | (Sigodang |
| | | Ulu) +¤Sorganimusu
| | | /br Tamba |
| | | /br Simbolon+¤Torbandolok
| | | |
| | | ¤tubu ni br +¤Randos
| | | Tamba |
| | | +¤Marsoit
| | | :
| | | +¤Siboru Sobosihon
| | | | na gabe tu Rj Marsundung
| | | | Simanjuntak
| | | |
| | | *tubu ni br +*Rj Tunggal
| | | Simbolon | Hasugian
| | | ima na |
| | | nidokna +*Orang Kayo Tua
| | | Hasugian Hasugian
| | |
| | +"Bakara
| | |
| | +"Sinambela-+-Rj Pareme
| | |/br Situmo |
| | | rang +-Tn Nabolas
| | | |
| | | +-Rj Bonanionan-+-Singamangaraja
| | | /br Pasaribu (Rj.Manghuntal)
| | |
| | +"Sihite----+-Panderaja
| | | |
| | | +-Siguru Tohuk
| | | |
| | | +-Siguru Leang
| | |
| | +"Manullang-+-Lumbanri
| | |
| | +-Lumbannaungkap
| | |
| | +-Lumbandalam
| |
| +#Siraja------+-Maha------+-Sembiring Meliala
| | Hutalima |
| | +-Sambo
| | |
| | +-Pardosi
| |
| *tubu ni boru +*Raja Sobu---+-Tinandang-+-Lintongditano-+-Sitompul
| Sibasopaet | | (Op Hobolbatu)
| | |
| | +-Hasibuan--+-Rj Manjalo
| | |
| | +-Gr Mangaloksa
| | | /br Borbor
| | | |
| | | +-Rj Na Barat
| | | | (Hutabarat)
| | | | |
| | | | +-Hapoltahan
| | | | |
| | | | +-Sosunggulon
| | | | |
| | | | +-Pohan
| | | |
| | | +-Panggabean
| | | | |
| | | | +-Lumbanratus
| | | | |
| | | | +-Simorangkir
| | | | |
| | | | +-Lumbansiagian
| | | |
| | | +-Hutagalung
| | | | |
| | | | +-Miralopak
| | | | |
| | | | +-Rj Inaina
| | | |
| | | +-Hutatoruan
| | | |
| | | +-Hutapea
| | | |(sian Tarutung)
| | | |
| | | +-Lumbantobing
| | |
| | | >>> Siopat Pusoran
| | |
| | +-Gr Hinobaan
| | |
| | +-Rj Manjalang
| | |
| | +-Gr Maniti
| |
| +*Raja Sumba-+-Sihombing-+-Silaban-+-Op Ratus-+-Op Rj Diomaoma
| | | | |
| | | | +-Dt Bira
| | | | |
| | | | +-Dt Mangambe
| | | | |
| | | | +-Dt Guluan
| | | |
| | | +-Lumbantoruan
| | | |
| | | +-Nababan
| | | |
| | | +-Hutasoit
| | |
| | +-Simamora--+-Purba------+-Girsang
| | | |
| | | +-Siboro
| | | |
| | | +-Tambak
| | |
| | +-Manalu-----+-Sigukguhi
| | | |
| | | +-Rumaijuk
| | | |
| | | +-Dt Napunjung
| | | |
| | | +-Soburion
| | |
| | +-Debataraja-+-Sunggu
| | | Marpasung
| | |
| | +-Tn Sumerhan
| | (Rambe)
| |
| +*Raja--------+-Sibagariang
| Naipospos |
| (Martuasame) +-Hutauruk
| |
| +-Simanungkalit
| |
| +-Situmeang
| |
| +-Marbun----+-Lumbanbatu
| |
| +-Banjarnahor
| |
| +-Lumbangaol
|
+-Siraja Asiasi
| (Tunggul Niaji)
|
+-Sangkar
Somalidang
Surat Tulisan Batak
00.55 | Author: PARSAME

Ompunta Mulajadi Nabolon

Nasa bangso na di liat portibi on, na marhatopothon adong do Debata, diparhatutu nasida do i, na tarpatupa Debata do na sa na boi dodoan ni roha ni jolma. Bangso Batak pe masuk do tuhorong na marhatopothon, adong Debata, i ma: Debata Mulajadi Nabolon. Parbinotoan i hibul jala Polim do di Jolma na parjoloi.

Alai tutu molo lam tamba panarihon ni roha ni jolma di atas tano on, lam moru ma parbinotoan i, gabe holan pasi-pasina nama na tading. Ala ni i, massa i maol nama patorangon angka na masa sian narobi ni narobi, ala so diida mata jala so dibege pinggol.

Dung i laos ditongos muse ma Debata Natolu. Ia dung songon i, ditongos Mulajadi Nabolon ma dua balunbalunan Surat Batak. Dibalunan na parjolo, i ma na margoar "Surat Agong ", i ma di lehon (bagian) ni Guru Tateabulan, jala disi tarsurat ma hadatuon (ilmu kedukunan), habeguon (ilmu tentang hantu), parmonsahon (ilmu silat) dohot pangaliluon (ilmu menghilangkan diri/ilmu gaib). Di balunan na paduahon, i ma na margoar "Surat Tombaga Holing" i ma bagian ni Raja Isumbaon, di si tarsurat taringot tu harajaon (kerajaan), paruhuman (ilmu Hukum), parumaon (Ilmu pertanian/persawahan), partigatigaon (Ilmu perdagangan) dohot paningaon (WM. Hutagalung, 1991:1 dan 33).

Ompunta Si Raja Batak

Ianggo anak ni Ompunta Raja Batak dua do, na parjolo na margoar Raja Ilontungon gelar Guru Tateabulan, na paduahon i ma na margoar Raja Isumbaon (WM. Hutagalung, 1991:32). Jadi Surat Agong dan surat Tumbaga Holing diterima Si Raja Batak dari Ompung Mulajadi Nabolon. Kemudian Surat Agong diraksahon (diterjemahkan) oleh Martuaraja doli, dan surat Tombaga Holing ditorsahon Tuan Sorimangaraja. Dari merekalah turun temurun surat Batak itu sampai sekarang ini. Dengan demikian Martuaraja doli dan Tuan Sorimangaraja lah yang pertama sekali membaca surat Batak yang diterima Si Raja Batak itu dari Ompunta Mulajadi Nabolon berupa Pustaha yang dituliskan di kulit kayu (laklak). Perhatikan bagan berikut ini

Bentuk Tulisan Batak

Tentang tulisan Batak ada beberapa perbedaan kecil antara tulisan Batak Angkola - Sipirok - PadangLawas - Mandailing - Toba - Dairi - Simalungun dan Batak karo. Perbedaan itu terdapat pada peletakan anak huruf kepada induk huruf (ina ni surat).

Tulisan Batak dinamai silabis (sama dengan tulisan-tulisan Jawa, Lampung, Bali dan sebagainya, maksudnya satu huruf itu menyatakan satu suku kata, sepertl a, u, i, ba, ma, da dan seterusnya. Untuk menyatakan bunyi konsonan digunakan tanda pangolat, di samping itu ada juga tanda haluaan, haborotan, singkora, hamisaran dan sikorjan. Dialek-dialek Dairi dan Karo mempunyai tanda [ e ] lemah, demikian juga ada tanda [ h ] khusus (terikat) pada induk huruf, dan vokal rangkap seperti /ou/ tanda ini terdapat di Simalungun di Karo juga mempergunakan tanda bunyi { h } pada induk huruf, seperti arah [ XXX ] dan basuh [ XXX ].
PARIBAN - (sebuah teori)
00.34 | Author: PARSAME

Terus terang.., tulisan ini memang masih bersifat dugaan semata dan belum memiliki kebenaran absolut apalagi kalau disebut sebagai teori yang sudah solid.

Tulisan ini sebenarnya hanya ingin menjawab sebuah pertanyaan dari mana asal kata dan sejarah dari kata “PARIBAN

Berdasarkan rentetan fase pemikiran yang amburadul maka saya memberikan opini sementara bahwa kata Pariban itu berasal dari kata “PAR-BARIBAAN” atau “ORANG SEBELAH”. Par-baribaan dalam dugaan saya
memiliki makna “ORANG DEKAT” atau “ORANG YANG MASIH DIKENAL” atau bisa juga “SANAK FAMILY”.

Berdasarkan dugaan tersebut saya pun mencoba menerawang ke jaman ompungta si jolu tubu dan dalam perjalanan imaginier ini sayapun berubah menjadi orang batak pintar dan sangat kaya.

Karena saya kaya maka seperti kebiasaan orang-orang batak kaya yang lain jelas takut benar kehilangan harta, dan karenanya sayapun ingin agar orang orang yang berhubungan dengan keluarga atau dekat dengan sumber kekayaan saya haruslah orang yang bisa dipercaya.

Untuk itu saya harus membuat suatu aturan baru agar bisa mengawinkan anak dan boru saya kepada keluarga yang masih bisa dipercaya. Setelah dipikir dan diputar putar 7 putaran akhirnya saya mendapatkan ide brilian. Sebaiknya Anak lelaki saya dikawinkan dengan anak dari saudara lelaki dari isteri (Tulang). Sementara anak perempuan dikawinkan dengan anak dari ito saya (namboru).

Sebagai orang kaya sekaligus pintar marhata tentunya saya cukup disegani di banyak huta dan dengan gampang sayapun bisa mengudang banyak raja adat dan raja huta guna mengolkan usul tersebut dan menjadikannya bagian dari aturan adat yang “seharusnya” atau tidak dilarang.

Seperti sebuah ungkapan ompungta si jolo tubu.

“Dolok i do marsitatapan dohot Dolok, Rura i tu Rura”,

Maka usul tersebut pun tidak sulit untuk disepakati, karena raja adat dan raja huta pada jaman dulu biasanya dari golongan berada juga (memiliki luas tanah ber-bius-bius istilah jaman dulu) dan memiliki kekayaannya yang hanya sedikit dibawah saya, Maka kamipun Setali tiga uang.

Agar semuanya lengkap dan sesuai prosedur maka kaum perempuan harus dipisahkan dari silsilah sebab jika dimasukkan tentu masih memiliki hubungan darah, padahal yang namanya sedarah jelas tidak bisa saling
mengawini. Untuk itu pihak perempuan pun harus dibuang dan dibuat terpisah agar tidak bertentangan dengan usul yang hendak dibentuk.

Untuk melengkapi sekaligus menyempurnkan hal tersebut maka kaum perempuan yang telah dipisahkan (dibuang dari silsilah) sebaiknya diberi penghargaan dalam bentuk lain, karenanya kami sesama raja adat membuat aturan lain yaitu menempatkan pihak perempuan sebagai pihak yang terhormat dan diberi tempat di siamuan didalam pelaksanaan setiap adat.

Klop bukan ?
setelah klop pengumuman pun dibuat, dan karena raja adat dan raja kampung yang mencetuskan, maka seluruh pengikutnyapun menjadikannya sebagai aturan sah didalam adat, untuk mengawini boru ni Tulang atau
“Parbaribaan” alias PARIBAN.

Akhirnya kekayaan saya pun seperti syair lagu dari
kla-project

tak pernah kelain hati..,

tak pernah ke lain orang.

Horas

RAKSA NI ANGKA ULOS (3)
00.33 | Author: PARSAME
RAKSA lapatanna : pangalaho, guna, manang tujuan na dapot paboaon taringot tu sada barang. Jadi molo RAKSA NI ANGKA ULOS, marlapatan ma i tujuan manang guna ni angka massam ni ulos.

7. ULOS BOLEAN.

Di adat batak, Na jolo ra sai ulos on do solmalna diuloshon halak tu ianak hon na marsitataonon laho mangapuli na ni ulosan i.

Ra adong do pardomuan ni goar “bolean” tu hata indonesia “membelai-belai”, na marlapatan mangapuli dohot “belaian” na marlapatan “apul-apul”

PAMANGKENA : Sinampe-sampehon.

8. ULOS SIBOLANG.

Di Adat batak, Ia ulos sibolang on ra ulos “sibulang” hian do goarna, ai guna-na na parjolo, ninna, ulos i ma silehonon tu jolma sibulangbulangan, lapatanna, jolma sihomatan siala jasana. Umpama-na ulubalang na manaluhon musu manang halak na barani huhut sanggup pamaatehon angka binatang panoro.

Di tingki on ulos on do jotjot dibahen halak mangulosi amang ni helana jala digoari mai ulos pansamot na sumintahon asa jolma na boi pangunsandean nian amang ni hela i, na gogo mansamot jala parpomparan sibulang bulangan, jala dohono ni pangulosi i masongon tamba-tamba ni angka hata pasupasu na somal umpasa on

Marasar sihosari di tombak ni Panggulangan,

Sai halak na gogo ma hamu mansari jala parpomparan si bulangbulangan.

Ulos sibolang on do huhut jotjot diparulos halak laho mangadopi dohot mambahen adat tu na monding, bahen tujung ni namabalu pe jotjot do ulos sibolang on dipangke

PAMANGKENA : Boi do sampe-sampe-hononton, boi nang abithononthon manang hohop-honon-hon

9. ULOS SURI SURI TOGU-TOGU (LOBULOBU)

Di adat batak, adong do na istimewa di ulos on ima, ndang digotap rambuna, torus do i laos mardomu. Jadi gabe songon abit kain sarung do ulos i naingkon suruhon laho mamangke. Ia tujuanna disi on do, parjolo. asa une pakeon songon kain sarung molo jumpa parabiton. Paduahon. asa unang mura madabu dakdanak sian ompaan niba molo pinake ulos i gabe parompa

Digoari do ulos on ulos lobulobu (lobu=masuk), asa anggiat lobu(masuk) angka na uli tu jabu ni na mamangkesa.

Molo dipangke anak boru ulos on mangompa ibotona, diendehon ma

Ulos lobu-lobu, marrambu ho ditonga-tonga

Tibu ma ho ito dolidoli, jala mambahen silas ni roha

Ia molo anggina do na niompa ni anak boru i diendehon ma

Ulos lobu-lobu marrambu ho ditonga-tonga

Sinok ma modom ho anggi, suman tu boru ni na mora

PAMANGKENA : mambahen parompa manang pinarabit

Horas

RAKSA NI ANGKA ULOS (2)
00.31 | Author: PARSAME
RAKSA lapatanna : pangalaho, guna, manang tujuan na dapot paboaon taringot tu sada barang. Jadi molo RAKSA NI ANGKA ULOS, marlapatan ma i tujuan manang guna ni angka massam ni ulos.

4. ULOS GODANG.

Di adat batak, Ulos on jot-jot do digoari “Sadum - Angkola”, Uli situtu do rupana. Argana pe antong, umumna, tumimbo do sian arga ni ragidup nang pe nian derajatna di toru ni ragidup

Ia “ulos - godang” on niuloshon do i tu ianakhon si godang ni roha niba, ima ianakkon na mabahen las ni roha na balga, na godang di iba. Ia sintasinta niulos -godang on, on do :

Asa songon goar ni ulos i ulos godang, sai boi nian tu joloan on na ni ulosan i patupahon godang na uli jala na denggan tu sisolhotna dohot donganna, jala marhite na uli jala na denggan tu sisolhotna dohot donganna, jala marhite i gabe dapotan godang pasupasu dohot asi ni roha ibana sian Amanta Pardenggan basa

PAMANGKENA : Boi do sampe-sampe-hononton, boi nang abithononthon manang hohop-honon-hon.

5. ULOS RAGIHOTANG.

Di Adat batak, ulos on ma na gumodang di ulohon halak di tingki on. Tongam do antong “ulos ragihotang” i ulos-hononton, tarlobi molo ragihotang na ummuli i ni uloshon, i ma na ginoaran “potir si na gok”

Adong do angka umpasa na mardomu tu ulos i na denggan dohonon di tingki na mangalushon i, Pinillit ma manang dia sian angka umpasa i na toho dohonon tu na ni ulosan i. Angk on ma :

Hotang do ragian, hadang-hadangan pansalongan
Sihahaan gabe sianggian, molo hurang sinaloan

Hotang binebe-bebe, hotang pinulos-pulos
Unang iba mandele, ai godang do tudos-tudos

Tumbur ni pangkat tu tumbur ni hotang
Tusi hamu mangalangka, sai disi ma hamu dapotan

Hotang hotari, hotang pulogos
Gogo ma hamu mansari asa dao pogos

Hotang do bahen hirang, laho mandurung pora-pora
Sai dao ma sian hamu na sirang, lai lam balga ma holong ni roha

Hotang dipara-para, ijuk di parlabian
Sai dao ma nasa mara, jala sai ro ma parsaulian.

PAMANGKENA : Boi do sampe-sampe-hononton, boi nang abithononthon manang hohop-honon-hon

6. ULOS SITOLU(N) TUHO

Di adat batak ninna, adok do na istimewa di ulos on ima , tangkas do tarida di gorgana i adong tolu tuhona. Ndang tarjua so ingkon simbol ni Dalihan Na tolu ulos-on. Jadi molo pinangke ulos on mangulosi penganten manang gabe parompa porlu ma dohonon poda taringot tu Dalihan na tolu, ima. Manat mardongan tubu, Elek Marbor, Somba Marhula-hula.

Jala di ujungna laos dihatahon pangulosi i ma pasu-pasu ‘Sitolu saihot’, ima .

1. Umpasa Pasu-pasu as sai masihaholongan jala rap saur matua.

Sidangka ni arirang na so tupa sirang.
Diginjang ia arirang, di toru ia panggonggonan

2. Umpasa Pasu-pasu Hagabean

Bintang na rumiris tu ombun na sumorop
Toho di rondang ni bulan
Anak pe di hamu sai riris, boru pe antong torop
Jala sude sioloi Tuhan

3. Umpasa Pasu-pasu pansamotan.

Bona ni aek puli, di dolok Sitapongan
Sai ro ma tu hamu angka na ulis, songon i nang pansamotan

PAMANGKENA : Boi do sampe-sampe-hononton, boi nang abithononthon manang hohop-honon-hon

Horas

RAKSA NI ANGKA ULOS (1)
00.30 | Author: PARSAME

RAKSA lapatanna : pangalaho, guna, manang tujuan na dapot paboaon taringot tu sada barang. Jadi molo RAKSA NI ANGKA ULOS , marlapatan ma i tujuan manang guna ni angka massam ni ulos.

1. ULOS MANGIRING.

Di adat batak, Ulos on jot-jot do dilehon halak songon parompa, na marsinta-sintahon asa martinodohon anak dohot boru dope dak-daknak na pinarompana i, asa lam torop iring-iring-on ni natorasna.

Jot-jot do tu anak dohot boru na baru marbagas ni uloshon “ulos mangiring” on, na marsintahon asa tibu ro hagabeon tu nasida, laos ni dok ma umpasa :

Giring-giring gosta-gosta.

Sai tibu ma hamu mangiring-iring huhut mangompa-ompa

PAMANGKENA : Pinartali-tali manang sinampesampehon.

2. ULOS MANGIRING PINARSUNGSANG.

Ia ulos on pangkeon ma on mangulosi molo songon na adong na masisuharan(marsungsang) di partuturan. umpamana na pinarhula-hula hian gabe pinarboru. Jadi ulos on ma pakeon mangulosi penganten manang mambahen parompa ni dak-daknak. Jala di tingki na mangkatahon ulos i pangulosi ingkon solothononna ma mandok umpama

Rundut biru ni eme, mambahen tu porngisna

Marsijaitan andor ni gadong mambahen tu ramosna

PAMANGKENA : Pinartali-tali manang sinampesampehon

3. ULOS BINTANG MAROTUR (MARATUR)

Didok ompunta sijolo-jolo tubu ninna barita i, On ma ulos Siboru Habonaran, Si Boru Deak Parujar, mula ni panggantion dohot parsorhaon, pargantang pamonori na so boi lobi na so boi hurang. Ia ulosna i ima na margoar

Bintang na maratur (marotur)

Siatur maranak, siatur marboru

Siatur hagabeon, siatur hamoraon

Tu na olo mangido sian Amanta Debata.

Jadi molo binahen ulos on mangulosi penganten. solothonot-hon ma tamba ni angka hata pasupasu jala dohonon, Ulos bintang marotur do on, asa sai anggiat ma diatur jala dilehon Amanta Debata Parasi Roha i dihamu hagabeon dohot pansamotan, asa ro nian angka i ditingki na lehet, di ombas na denggan jala mambahen tua di hamu.

Molo gabe parompa do ulos on ulos-honot-hon, tambahonon ma tu angka hata dohot pasupasu sidohonon hian angka pandohan on, “Ia ulos on bintang marotur do, asa sai anggiat ma diparbisuhi Amanta Debata Parasi Roha i hamu manogunogu jala mangatur dak-daknak on dohot angka tinodohonna na naeng gabe jolma na malo mangaur angka tinodohonna, tu hadengganon dohot harentaon.

PAMANGKENA : Pinartali-tali manang sinampesampehon

Horas

Parjabu sukubatak.com

Diambil dari buku : TM Sihombing (O. ni Marhulalan)

Berlanjut ke halaman 84

Tags: , , , , , ,
BABI PANGGANG
00.27 | Author: PARSAME

Bahan:

-½ kg daging babi yang agak berlemak
-3 sdm kecap asin
-4 sdm kecap manis
-1 sdt soda kue
-6 sdm air
-2 sdm margarine
-3 butir bawang merah, dihaluskan

CARA :

haluskan:
-2 sdm ketumbar
-1/4 sdt jintan
-3 siung bawang putih

  1. Lumuri daging yang dibiarkan utuh dengan campuran kecap asin, soda kue, air dan bumbu yang dihaluskan.
  2. Diamkan selama 1-2 jam supaya bumbu meresap ke daging. Lebih enak lagi kalau daging dibiarkan di dalam lemari es semalaman.
  3. Panggang daging di dalam oven yang sudah dipanaskan dengan api kecil sambil dibolak-balik agar matangnya rata.
  4. Selama memanggang, olesi daging dengan adonan pengoles yang terbuat dari campuran margarine, bawang merah dan kecap manis.
  5. Panggang daging sampai benar-benar matang.
  6. Biasanya kurang lebih 1 jam. Iris daging selagi masih panas lalu siap dihidangkan.
  7. Daging ini enak dimakan dengan sambal kecap
BABI KECAP MASAK KENTANG
00.25 | Author: PARSAME

Bahan

- 1 ons samcam, rebus 1/2 mtng, lalu iris tipis-tipis
- 1 ons daging babi tanpa lemak, rebus 1/2 mtng, lalu iris tipis2
- 2 batang bawang prei, iris serong tipis-tipis
- 5 siung bawang putih, keprek
- 10-15 btr bawang merah, iris tebal atau 1 butir bawang besar iris jadi 2, kalo kecil utuh saja
- 2 buah kentang, buang kulitnya, iris tipis, goreng sebentar, angkat
- garam,merica bubuk,gula pasir secukupnya
- kecap manis secukupnya
- sedikit air matang

CARA:

  1. Dengan sedikit minyak goreng di wajan, tumis bawang putih sampai harum.
  2. Lalu masukkan samcam & daging babi, aduk sebentar, tumis sampai daging babi mengeluarkan minyak
  3. Lalu tambahkan kecap manis, garam, gula pasir dan merica bubuk secukup-nya.
  4. Masukan kentang, tambahkan air sedikit, lalu aduk rata.
  5. Masak sampai daging matang dan berminyak.
  6. Setelah semua tercampur rata dan meresap, masukkan bawang merah & bawang prei, aduk dan tumis sebentar sampai semua bawang layu.
  7. Lalu angkat.
selain kentang, bisa di tambahkan jg putih telur kukus, potong dadu/sesuai selera.

Saya mendapatkan respon atas tulisan saya berjudul “Jika Anda Orang Batak, Katakan Pada Anak Anda Dia Orang Batak”. Tulisan itu jujur sebuah perspektif pribadi dari pengalaman pribadi. Saya berharap tidak menyinggung siapapun. Kalau dibaca teliti, tulisan itu sebenarnya tidak mendorong semua orang yang masuk dalam kategori Antropologi sebagai “Suku Bangsa Batak” untuk menyebut diri mereka “orang batak”. Tulisan itu menyarankan agar mereka (yang merasa) “orang batak” memberitahu anak-anak mereka bahwa mereka “orang batak”. Tak ada gunanya berdebat jika anda bukan orang batak atau merasa bukan orang batak. Saya coba ulas semua masukan yang saya terima .

Jonson Tarigan, sahabat saya yang sedang mengambil S3 di New York, dan selalu menyebut dirinya “orang batak” dalam emailnya mengatakan: “gejala sosial budaya Batak urban yang kau gambarkan di blog mu itu dalam konteks yang hampir sama sudah jadi indikator perpecahan bangsa batak sejak jaman nenek moyang kita. Sub-kultur yang satu mengatakan berbeda dari lainnya, atau merasa lebih unggul dari lainnya, dan menganggap lebih pimitif yang lainnya. Di kampungku, sebutan orang Batak itu ya hanya untuk orang Toba.”

Ita Damanik, sahabat saya semasa kuliah di S1 merespon singkat: “I am Batak, Batak Simalungun!” Sementara sahabat lain mengatakan: “tanah leluhurku, tanah Simalungun, bukan tanah batak!. Arimbi Nasution, sahabat “french club” saya yang berjilbab itu mengatakan: “Aku tak pernah tahu ada, sebutan lain selain “orang Batak”. Aku orang Batak Mandailing.

Inangtua (Tante) saya yang br. Siregar (Angkola), menjelaskan bahwa jaman nenek moyang dulu ada ejekan sinis: “muda kayo, han sipirok, muda miskin han toba” artinya, “kalau kaya pasti dari Sipirok, kalau miskin pasti dari Toba.” “Ketika banyak sastrawan Batak Selatan seperti Madong Lubis, Mochtar Lubis atau ilmuwan Dr. Diapari Siregar sudah mahsyur pada masa penjajahan, banyak orang Batak dulu mengaku orang Selatan.”, kata Inangtua yang berusia 70-an dan lahir di Jakarta itu.

Saya juga mendapat beberapa email panjang lebar yang tidak dengan blak-blakan mengatakan “kami bukan orang Batak”, tapi dengan kesimpulan pendek mengatakan bahwa sebutan “orang Batak” itu hanya untuk orang Batak Toba. Email lain mengatakan, bahwa hanya orang Tapanuli saja yang disebut “orang batak” dan orang non-Tapanuli tidak menyebut diri mereka “orang Batak”. Sebuah indikasi yang menunjukkan bahwa memang ada perbedaan perspektif (non-ilmiah) diantara kelompok masyarakat Suku Bangsa Batak. Indikasinya, panggilan “batak” mengacu pada sub-kultur batak Toba, yang konotasinya dimata sub-kultur lain adalah “batak tulen”.

Saya melihat bahwa krisis identitas orang batak menjadi indikator perpecahan suku bangsa batak sejak jaman opung-opung kita. Orang-orang Batak yang mengalami krisis identitas itu ada disekitar kita. Mengenali dan meng-identifikasinya sangat mudah; ciri-ciri mereka adalah; tidak mengakui identitas batak, menghilangkan marga, menjauh dari komunitas dan budaya batak, berpura-pura tidak dapat berbahasa batak, mengatakan dirinya sudah “sangat jawa”, “sangat sunda”, “sangat barat”, “sangat manado”, sudah berpendididikan asing, tidak pernah tahu kampung halaman, dsb. Mereka takut terkonotasi dengan persepsi peradaban terbelakang sebagai orang “batak tulen“. They are around you and me.

Tanah Batak Tanah Leluhur

Saya menyebut tanah leluhur saya adalah Samosir, karena betapa luasnya Tanah Batak. Menurut Tarombo (silsilah) Marga Sinaga, Saya adalah generasi ke-17 Marga Sinaga, dihitung dari tokoh bernama Raja Toga Sinaga (Sinaga Pertama), hidup sekitar abad ke 15. Sebagian besar buyut kandung saya dikubur di Samosir, sebagian lagi dikubur dan beranak pinak hingga hari ini di Tanah Simalungun, berserak dari Siantar hingga Tanah Jawa atau keluar Sumatra. (Yupp, ada Tanah Jawa di Tanah Simalungun). Sepupu-sepupu saya di Simalungun itu (ada yang sudah mencapai generasi ke 22) sebagian beragama Islam.

Lalu, mengapa disebut Tanah Batak? Apa Sejarahnya ?

Tanah Batak

Pusuk Buhit di Tapanuli (Tapanuli kemudian mekar menjadi beberapa kabupaten) dipercaya sebagai tempat awal Suku Bangsa Batak pertama yang beranak pinak pada sekitar abad 13. Pemerintah Belanda menamakan wilayah itu sebagai Centraal Batakland yang artinya Tanah Pusat Suku Bangsa Batak atau Tanah Batak atau Tano Batak (Lance Castle, “Kehidupan Politik Suatu Karesidenan di Sumatera, Tapanuli, 1970).

Suku bangsa Batak secara geografis melakukan penyebaran dan berserak pada wilayah-wilayah tertentu dan menjadi “Tuan Tanah” atau “Landlord “ atas tanah-tanah kediaman mereka tersebut. Pemujaan atas tanah-tanah mulia itu dikenal lewat sebutan Tanah Simalungun, Tanah Karo, Tanah Mandailing. Beberapa literature menjelaskan sejumlah hasil penelitian Genealogi (asal-usul) yang menunjukkan, terjadinya migrasi orang Batak secara konsisten yang berawal dari sekitar Danau Toba (Lance Castle, “Kehidupan Politik Suatu Karesidenan di Sumatera, Tapanuli, 1970).

Tiga tahun terakhir ini saya addicted mempelajari buku-buku dan literature yang ditulis oleh Anthropologist, Sociologist, Linguist dan beberapa budayawan mengenai Suku Bangsa Batak, 1 dari 19 peta suku bangsa terbesar di Indonesia yang penggolongannya didasarkan pada lingkaran hukum adat yang dibuat oleh Van Vollenhoven (B. Ter Haar, Adat Law in Indonesia, New York, New York Institute of Pacific Relations, 1984).

Saya juga mempelajari Tarombo (Silsilah), mulai Tarombo Si Raja Batak, yang dipercaya orang Batak sebagai cikal bakal Suku Bangsa Batak), serta beberapa Tarombo Marga. Saya tidak berniat untuk memperdebatkan apa yang sudah ditulis dan sudah di-research selama beratus tahun oleh para Anthropologist, Linguist dan Sociologist, Missionarist terdahulu. Mungkin perlu 20 tahun tambahan, plus 10 orang profesor dan sekitar 100 team, untuk secara Anthropology, Genealogy, Ethnology, Sociology, Linguistic, Socio-Linguistic, meneliti ulang asal-usul orang batak, penyebarannya secara geografis, ekonomis, sosiologis, menelaah tingkah laku sosial- budaya-linguistik mereka, menetapkan parameter measurement serta menarik kesimpulan atas siapa yang disebut “suku bangsa Batak”. Jadi saya ambil dari literature yang sudah ada saja.

Siapakah orang Batak? Who are they?

Definisi “Orang Batak”

Pada perspektif saya, pada saat ini ada 2 definisi “orang Batak”;

1. Mereka yang menurut Antropologi termasuk Suku Bangsa Batak (Definisi ilmiah)
2. Mereka yang mengaku/merasa Orang Batak (Definisi bukan ilmiah)

Saya katakan “saya orang Batak”, karena berdasarkan definisi ilmiah dan bukan ilmiah, saya tergolong orang Batak.

Suku Bangsa Batak

Antropologi mengenal “Batak ethnic group” atau “suku bangsa Batak” sebagai suku bangsa yang secara geografis berasal/mendiami wilayah-wilayah yang mereka sebut sebagai “tanah” (“land”) itu, dengan 5 sub-culture atau sub-ethnic Group sbb:

5 sub-ethnic group atau sub-culture Suku Bangsa Batak ;

* Batak Mandailing, mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Padang Sidempuan) dan sekitarnya. Lokasinya dekat dengan Sumatera Barat.
* Batak Toba mendiami wilayah yang mencakup Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara.
* Batak Karo mendiami Kabupaten Karo yang lokasinya sudah dekat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, khususnya kabupaten Aceh Tenggara.
* Batak Simalungun mendiami wilayah Kabupaten Simalungun dan sekitarnya
* Batak Pakpak mendiami wilayah Kabupaten Dairi dan sekitarnya

Jadi sah-sah saja jika kemudian kelima sub-kultur didalam kesuku-bangsaan Batak itu mengatakan diri mereka atau menyebut sub-kultur satu dengan lainnya sebagai Orang Mandailing, Orang Toba, Orang Karo, Orang Simalungun, atau Orang Pakpak atau bahkan terdefinisikan oleh kotak-kotak sub-sub-kultur lebih kecil berdasarkan kelompok klan/marga sebagai Orang Angkola atau Orang Selatan atau Orang Samosir (Par Samosir), orang Si Lindung (Par Silindung), Orang Balige (Par Balige). Orang-orang batak ini juga sudah kawin-mawin antar sub-culture dan berserak ke seluruh penjuru dunia.

Lalu apakah artinya kita bukan berakar dari satu rumpun Suku Bangsa Batak? Kita Bukan orang Batak?

“Indikator perpecahan suku bangsa batak sudah ada sejak jaman nenek moyang”, kata Jonson Tarigan sahabat saya.

Sesama orang Jawa memperkenalkan diri mereka dengan identitas orang Solo, orang Yogja, orang Suroboyo, orang Cirebon. Tetapi bukan berarti mereka bukan orang Jawa. Mereka juga sering menekankan kata Jawa didepan daerah asalnya. “Aku Jawa Cirebon!”. Betapapun berbedanya budaya Cirebon dengan budaya Solo, dan budaya Jawa Timur dengan Tengah, mereka tetap “Wong Jowo”

Identifikasi “Saya orang Batak” saya katakan jika lawan bicara saya sesama orang Indonesia menanyakan asal kesukuan saya. Bukan untuk pemujaan kesukuan/etnosentris. Ketika ditanyakan oleh sesama orang batak, tentu saya akan mengatakan: “oh, Opungku orang Samosir, pulau ditengah Danau Toba, tepatnya Lontung dimana rumah opungku berdiri hingga hari ini sejak tahun 1880-an.”

But again, it is my perspective! Perspektif yang mungkin dilihat oleh sesama orang yang merasa “orang Batak” dimanapun dan dari wilayah geografis manapun mereka berasal. Tentunya harus dengan spirit “kita punya banyak kesamaan” dan bukannya spirit “kita punya perbedaan”. Saya sama sekali tidak berniat untuk mempermasalahkan perspektif sebagian orang yang menganggap bahwa rumpun suku bangsanya bukanlah Suku Bangsa Batak. Berbeda? It’s OK!

—————————————————————————————————

Reference

1. B. Ter haar, Adat Law in Indonesia, New York, New York Institute of Pacific Relations, 1984
2. Bruce Warner, Missions as Advocate of Cultural Change Among the Batak People of Sumatra, MA Miss, 1972
3. Harahap. E St., Perihal Bangsa Batak: Bagian Bahasa. Jawatan Kebudayaan, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1960
4. Lance Castle, Kehidupan Politik Suatu Karesidenan di Sumatera, Tapanuli, Grafika 1970
5. Lehmann, Martin E., Bibliographical Study of Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918), Pioneer Missionary to the Bataks of Sumatra, London Publisher,1996
6. Joustra, M., Karo-Bataks Woordenboek. Leiden, Brill, 1907. (English Version), 1970
7. Drs. Richard Sinaga, Leluhur Marga-Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda, Dian Utama, Cetakan ke-2, Jakarta, 1997
8. Baharuddin Aritonang, Orang Batak Naik Haji, Gramedia, 2002
9. Harahap M.D., Adat Istiadat Tapanuli Selatan, Rafindo Utama, Jakarta.
10. Harahap B. Hamidi. 1979. Jalur Migrasi Orang Purba di Tapanuli Selatan. Majalah Selecta no. 917.
11. Paul Radin, Primitive Man as Philosopher, London British Museum, 1980
12. Hutagalung, W.M., Tarombo Dohot Turi-Turian Ni Bangso Batak, Tulus Jaya, Jakarta, 1990
13. Nalom Siahaan, Adat Dalihan Na Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya, Grafindo, Jakarta, 1982
14. Team Anjungan Sumut, Tarombo Si Raja Batak, Media Taman Mini Indonesia Indah, 1991
15. Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Rineka Cipta 1996

———————————————————————————————————————-This writing is dedicated to: Gorga Hosa Deo Sinaga and Tondi Halomoan Raja Sinaga, those young men, my nephews who might have not been told that they are orang Batak

Penulis : Tika Sinaga
Saksang
00.14 | Author: PARSAME














Masakan khas batak lainnya adalah saksang, hampir sama dengan rica-rica babi dari Manado. Biasanya masakan ini dibuat special untuk acara-acara adat batak
, tapi sekarang lapo-lapo khusus masakan batak mudah ditemui. Berikut resep warisan papa cara bikin saksang.

Bahan :
  • 1 kg daging babi/sapi, potong kecil-kecil asal
  • 3 lbr daun jeruk
  • Garam
  • Penyedap
  • Minyak goreng untuk menumis bumbu

Bahan Yang ditumbuk :
  • 500 gr kelapa parut
  • 100 gr ketumbar halus

Bahan Yang dihaluskan/Blender :
  • 6 siung Bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 10 biji Cabe Keriting (sesuai selera)
  • 5 biji Cabe Rawit (sesuai selera)
  • 4 Batang Serai
  • 2 ruas Jahe
  • 1 ruas Lengkuas/Laos
  • 1 ruas Kunyit
  • Daun Jeruk dan Daun Salam

Cara Membuatnya :
  • Sangrai kelapa dan ketumbar sampe warnanya kecoklatan, setelah coklat dan wangi, segera tumbuk sampe halus dan mengeluarkan minyak...

  • Tumis bumbu hasil blender, daun salam dan daun jeruk sampai wangi, lalu masukan dagingnya.
  • Aduk sampai rata, lalu tambahkan air dua gelas
  • Tutup wajan/panci dengan api sedang, setelah air berkurang, tambahkan tumbukan kelapa-ketumbar aduk sampai rasa, lalu masukan garam dan ajinomoto secukupnya, diamkan sampe airnya mengering dan daging siap utk disantap.

Children should be encouraged to take pride in their ethnic heritage, thereby boosting self-esteem.” (DeHart, Sroufe, & Cooper, Child development: Its nature and course. Boston: McGraw Hill, 2000). “Anak-anak harus didorong untuk bangga pada asal-usul etnis mereka sehingga mendongkrak rasa bangga dan penghargaan terhadap diri mereka sendiri

Weekend lalu saya diperkenalkan si Bungsu adik saya pada teman barunya. Si Bungsu ini “anak gaul” sehingga kerap membawa teman baru ke rumah. Biasanya si Bungsu akan memperkenalkan nama temannya dan saya akan melanjutkannya dengan pertanyaan-pertanyaan standard seperti “tinggal dimana”, “sekolah dimana”, “kenal si bungsu dimana?”, “ayah ibu kerja dimana” dll. Kadang pertanyaan-pertanyaan itu saya akhiri dengan pertanyaan dari mana dia berasal. Teman baru si Bungsu yang usianya tidak lebih dari 20-21 tahun ini misalnya, karena wajahnya yang Ganteng, bulu matanya luar biasa bagus, kulit bersih dan tubuh atletis, saya jadi ingin tahu dari mana dia berasal.

Kamu orang apa sih, Dek?”, tanya saya ingin tahu.

Orang Jakarta, Kak”, katanya.

Kita semua orang Jakarta karena kita tinggal atau lahir di Jakarta. Maksud Kakak, kamu berasal dari suku apa”, lanjut saya.

ohhhh”, katanya seolah baru sadar salah menjawab. Saya yakin dia sebenarnya mengerti maksud saya. “Orang Sumatra, Kak”, jawab si ganteng. Saya mulai agak hilang kesabaran.

Dek, kamu tidak belajar pengantar Antropologi waktu semester satu yah? Kan Sumatra itu bukan suku bangsa, jadi enggak ada istilah saya orang Sumatra. Kok susah amat kau menjawab pertanyaan Kakak? Kamu nih ganteng dan oon yah”, lanjut saya. Si Ganteng tertawa.

Orang Medan deh, Kak”, ralatnya, gelisah. Mukanya agak bingung atau pura-pura bingung.

Si Bungsu yang tahu betul maksud saya langsung menimpali dengan wajah tidak sabar: “Lu ngomong sama Kakak gue yang bener, bilang aja lo orang Batak gitu, susah amat sih guoblog lo…. Dia ini Siregar, Kak, gak ngaku Batak! Ibunya Batak, juga, Simanjuntak.” “Waktu ketemu pertama kali juga ‘gitu’ Kak, bertele-tele waktu ditanya orang apa”, lanjut si Bungsu. “Mandi masih pake air asin, tinggal di gang sempit aja udah gak ngaku orang Batak lu..!”, lanjut si Bungsu berseloroh. Mereka terbahak. Semoga si Ganteng belajar sedikit hari itu mengenai siapa dia.

Saya bangga pada si Bungsu karena diusianya yang muda ia tidak pernah ragu mengatakan “Saya orang Batak”. Si Bungsu adalah tipikal remaja metropolitan “produk MTV” yang selalu kami khawatirkan agak menganut faham hedonis dan sangat ter-westernisasi. Sejak usia 5 tahun dia sudah ‘ngerti’ apa itu “luar negri”.

Saya juga bangga pada ayah saya yang sebagian hidupnya dihabiskan di Semarang, dan sampai akhir hidupnya selalu membaca karya-karya sastra cukup tinggi dari Rendra, Sapardi Joko Damono, hingga Ernest Hemingway itu, tetapi ia tetap mengajarkan anak-anaknya untuk bangga pada asal-usul kami. “Never be ashamed to tell people who you are. You are orang Batak”, demikian ayah saya yang berbahasa Inggris, Belanda dan Jawa itu selalu mengatakan.

Pengajaran ayah saya itu menanamkan concious saya untuk tidak pernah ragu mengatakan “saya orang Batak” ketika asal-usul saya ditanyakan dimanapun saya berada, di Danau Toba yang keras, di Yogja yang lunak maupun di Paris, London atau New York yang sophisticated, ketika saya bertemu dengan orang Indonesia disana. Bahkan ketika saya sudah menyebut diri saya sebagai “a global citizen”. “Saya Orang Batak”. Clear! Tanpa embel-embel “tapi saya lama tinggal di Singapore”, atau “tapi saya sudah tidak bisa bahasa Batak”, atau “ tetapi saya lahir di Jakarta” atau “tapi saya orang Mandailing”. Kata “tetapi” itu adalah satu dari seribu excuses yang dipakai oleh banyak orang Batak untuk mengatakan bahwa ia berbeda dari stereotype orang Batak yang terbentuk di masyarakat. Kira-kira artinya adalah “tetapi saya sudah berbudaya, sudah tidak ‘barbaric’. Saya sudah tidak makan orang lagi!”.

Menjadi orang Batak berarti terperangkap dalam konotasi negatif stereotype yang terbentuk lewat penggambaran karakter yang kasar, keras, tempered, agresif, tukang-berantem, nyali preman, gaya bicara teriak-teriak, volume suara keras, belum lagi stereotype fisik rahang bersegi, mata tajam, tubuh lebih sering tebal dan profesi yang dihubungkan dengan pencopet, supir metromini ugal-ugalan, preman, petinju kasar, pecatur suntuk, inang-inang pedagang Pasar Inpres Senen, atau penyelundup Tanjung Periuk.

Konotasi negatif inilah yang sering kali membuat banyak keluarga Batak tanpa sengaja tidak menanamkan “rasa bangga” akan asal-usul mereka pada anak-anak mereka seperti si Ganteng teman adik saya tadi, yang jelas sekali sangat berat mengatakan “saya orang Batak”, dan berkilah mengatakan dirinya “Orang Jakarta”, “orang Sumatra” dan “orang Medan”. Konotasi negatif itu juga sering membuat Orang Batak bangga jika dikatakan “tidak kelihatan Batak”, “tidak kentara Bataknya”, apa lagi kalau sudah agak “kaya” sedikit atau kenal luar negeri, sudah tidak mau terafiliasi dengan apapun yang berbau Batak. Kalau bisa jangan ‘ngaku’ orang batak. Seorang artis berdarah batak malah mendapatkan nama ”Cut “ dari ayahnya untuk menggelapkan asal-usulnya. Menyedihkan!

Konotasi negatif di atas tidak akan pernah hilang jika setiap keluarga Batak memilih untuk menanggalkan identitas anak-anak mereka, menghilangkan marga mereka dari nama-nama mereka, “menggelapkan” asal-usul mereka dengan istilah “orang Medan”, “orang Sumatra” atau “orang Jakarta” (dia pikir cuma dia yang lahir di Jakarta), serta tidak memberikan pengajaran betapa pentingnya mengenal akar dan asal-usul budaya sendiri sebelum mampu mengenal dan mencintai budaya-budaya lain, bahkan sebelum mampu menikmati Beethoven Symphony No 9. Jadi jangan bilang anda penikmat budaya jika asal-usul suku bangsa andapun tidak anda akui.

Menanamkan kebanggaan atas asal-usul pada anak-anak kita itu bukan untuk tujuan pengkultusan superioritas kesukuan atau ethnocentrism, akan tetapi penghargaan terhadap budaya, etnik, identitas dan asal-usul itu. Kebanggaan dan penghargaan itu akan memberikan “sense of belonging” atas kelanjutan sebuah nilai budaya yang menjadi pondasi untuk membangun diri sendiri. Kelak tentunya membangun lingkungan dimana dia berada.

Red Wolf seorang pejuang dan budayawan Indian, Native American dalam beberapa bukunya mengatakan: “The Native Indian passed their culture and tradition down from generation to generation from memory, not from a notepad or book. Therefore, if your Mother, Grandmother, Father or Grandfather told you or your family that you are of Indian blood, you are Indian”. Saya terpesona dengan tulisannya itu. Katanya: “ Orang Indian mewariskan budaya dan tradisi mereka dari generasi ke generasi lewat ingatan, bukan lewat catatan dan buku, jadi jika ibu, nenek, ayah atau kakekmu mengatakan bahwa engkau berdarah Indian, maka engkau adalah Indian”.

Saya implementasikan dengan bebas kalimat di atas ke dalam tulisan saya ini sebagai: “Jika engkau orang Batak, katakan pada anak-anakmu bahwa mereka adalah orang Batak”.

Penulis : Tika Sinaga

NANI URA
00.02 | Author: PARSAME

Naniura

BAHAN :
500 gram ikan mas
1 sendok teh air jeruk nipis
1/2 sendok teh garam
1 batang serai, dimemarkan

BUMBU HALUS :
6 butir bawang merah, dibakar
5 buah cabai merah
2 buah cabai rawit
8 butir kemiri sangrai
3 cm kunyit
2 sendok teh ketumbar
2 cm lengkuas
2 sendok teh garam

CARA MEMBUAT :
1. Bersihkan ikan, belah punggungnya lalu tambahkan air jeruk nipis dan garam, diamkan selama 15 menit.
2. Lumuri bumbu halus.
3. Letakkan di pinggan tahan panas lalu kukus sampai matang.
4. Biasanya Nani Ura disajikan mentah, tanpa dikukus

Untuk 6 porsi